Oleh Didit Hidayat Sebelum melangkah terlalu jauh saya hanya ingin menyampaikan bahwa terkadang sebuah sampul album bisa menjadi salah satu alasan pertama saya membeli sebuah album (sering terjadi saat iseng bermain ke record store dan berakhir membeli kaset atau CD yang bahkan saya tidak pernah tahu siapa artisnya) namun kini pergeseran budaya membeli rilisan fisik berubah 360 derajat sejak kandasnya umur toko rilisan fisik di tanah air dan beralih ke digital ataupun belanja online. Ulasan kali ini adalah album ketiga dari Pusha T dengan titel “DAYTONA”. Album yang cukup dinantikan, sejak tahun 2014 rumor yang beredar judul album ini adalah King Push namun berganti menjadi Daytona (adalah salah satu varian dari jam tangan Rolex kesukaan Pusha T). Alasan pertama saya mendengarkan dan ingin mereview album ini tak lepas dari kontroversi yang cukup viral terkait dengan sampul dari album ini. Sebuah foto yang cukup fenomenal dengan menampilkan suasana di kamar mandi mendiang Whitney Houston yang diambil di tahun 2006. Kanye West lah yang bersikeras memakai foto itu untuk dijadikan sampul depan dari Daytona. West menelepon Push jam 1 dini hari sehari sebelum dirilisnya album itu dan ingin mengganti sampul album yang sebelumnya telah disetujui bersama dengan foto ini. Tidak tanggung-tanggung West rela menghabiskan $85.000 untuk dapat menggunakan foto tersebut. Foto ini dipercaya sangat mewakili tema dari lagu-lagu milik Push yang memang sangat nyaman bercerita tentang kokain dan narkotika (Push cukup lama berkutat sebagai bandar kokain sebelum akhirnya memutuskan untuk menjadi rapper).
Album dengan peluru sebanyak tujuh track yang (lagi-lagi) dikerjakan seluruhnya oleh Kanye West, sang pemilik label G.O.O.D. Music, yang mejadi rumah dari karya Push saat ini dimana ia juga menjabat sebagai presidennya sejak tahun 2015. West sendiri menguras kocek ribuan dollar untuk membeli berbagai piringan hitam dan mengajak Push untuk memilih 25 hingga 50 buah diantaranya untuk ‘dicomot’ sebagai sample untuk album Daytona. Untuk sementara, mari bersama-sama kita lupakan betapa menyebalkannya seorang Kanye West dengan sejuta alasan mengapa kita patut membencinya (untuk saya pilihannya karena ia memilih untuk berteman dan mendukung Trump adalah mutlak tidak bisa dimaafkan). Pemilihan sampul album saya anggap sangat cerdik, memilih rekaman lama untuk dijadikan sampling dalam memasak beat baru adalah budaya hip hop yang sangat saya hargai dan sudah jarang dilakukan oleh beatmaker hip hop baru. Beberapa daftar lagu yang terpilih sebagai sampling mulai dari “Heart ‘N Soul” milik Booker T. Averheart, “High as Apple Pie” dari Charles Wright and the Watts 103rd Street Rhythm Band, “Heart Of The Sunrise” milik Yes, “Bumpy’s Lament” milik Soul Mann & The Brothers, hingga beberapa bagian dari rapper pendahulunya mulai dari Jay Z (Politics As Usual), Makaveli (Hail Mary), dan Lil Kim & Biggie (Drugs). Namun track favorit saya jatuh kepada “Come Back Baby” yang mengandung sample dari The Mighty Hannibal yang berjudul “The Truth Shall Make You Free.” Secara lirik memang tidak ada yang terlalu spesial dari seorang Pusha T. Ia jarang sekali memakai istilah-istilah cerdas ataupun berpuisi dalam liriknya. Namun terkadang lirik yang sederhana dan disampaikan dengan tepat terkadang cukup untuk menghibur terutama jika disajikan di atas beat groovy yang dapat dinikmati dalam kondisi apapun. Daytona mungkin bukan album hip hop terbaik di 2018 namun segala strategi pemasaran yang sudah dilakukan sang raja narsis bersama labelnya saya rasa cukup bisa mendongkrak kesuksesan album ini di pasaran. Well, we’ll see.
0 Comments
Oleh Didit Hidayat Untuk sebagian orang hubungan jarak jauh atau bahasa kerennya long distance relationship selalu identik dengan sebuah hubungan dengan resiko tinggi dan penuh cobaan yang memerlukan pengorbanan besar untuk menjalani atau setidaknya mempertahankan. Anggapan itu dipatahkan oleh MC asal Jakarta, Insthinc dan beatmaker kota Yogyakarta, Slysc yang terbukti melahirkan buah hati pertamanya 'Textacy' belum lama ini melalui label Def Bloc. Halaman Soundcloud menjadi lokasi perjodohan mereka untuk pertama kalinya. Insthinc x Slysc merupakan proyek kolaborasi berbahaya yang dibangun atas nama boom bap sesungguhnya. Kedua nama tersebut cukup memberi harapan bahwa masih ada yang percaya akan formula akar hip hop dengan meracik lapisan-lapisan sampling dengan komposisi drum repetitif terkadang dibalut scratching untuk disajikan ke penikmat musik di tengah masa kejayaan musik trap dan twerk. Kedua nama yang juga masih asing bagi saya. Pertama kali mendengar Insthinc melalui album kompilasi Pretext For Bumrush rilisan label yang sama. Textacy sendiri berisi 15 track yang sejak track pembuka sudah memberitahukan pendengarnya akan seperti apa pengalaman yang di dapat dari album ini. Adalah sebuah kanvas yang dilukis cat berwarna gelap, penuh misteri namun tetap indah untuk dipandang. Jika harus menganalogikan proyek ini adalah bagaikan PRhyme (proyek duet DJ Premier dan Royce Da 5'9") namun versi yang lebih gelap. Ada beberapa track jagoan saya dari album ini. Salah satunya adalah "Amok". Dibuka dengan potongan instrumental C.R.E.A.M. sebagai pengantar mood sebelum masuk ke beat lagu yang lebih gelap dan Insthinc memberikan keahliannya bermain kata-kata dengan kosakata yang kaya raya serta ritme cantik. Simak potogan liriknya "...siapa yang tidak tersesat di belantara mesin dan beton?/ hari ini hidup sekedar membayar kas bon dan jadi penonton/ Slysc bawakan Kenyon Hopkins yang berdansa dalam nostalgi di persimpangan tanpa nafas Katon/aku diujung peron kalian maraton di atas treadmill!/ Bermimpi tentang Hebron/ Cabron! kubagi informasi menyaingi Ice T dalam O.G/ sejak rapper buta macam Tupac ditembak di depan lobby..." Track lain yang terdengar cukup berbeda dari track lainnya adalah "Kausatama" dimana mereka mengajak rapper veteran, Doyz. Slysc memasak track ini dengan ramuan jazzy boom bap sederhana namun tetap dengan amunisi lirik yang kompleks.
Textacy adalah salah satu rilisan yang tidak boleh kalian lewatkan di 2018. Pengorbanan Insthinc dan Slysc selama dua tahun terbayar sudah dengan dirilisnya album ini dalam cakram padat. Textacy masih bisa diperoleh di sini. |
AuthorDangergroove. |