Oleh Didit Hidayat Ujang Rahmat atau lebih dikenal dengan sapaan Gebeg adalah salah satu drummer paling sibuk yang dimiliki skena musik lokal bahkan di usianya sekarang (38 tahun) kegiatan ‘ngamen’ seorang Gebeg seakan tidak pernah berhenti. Sebutan “Drummer Sejuta Band” menempel lekat dengan dirinya. Saya pribadi sudah mengenal Gebeg dari akhir tahun 90an dan dia adalah salah satu sosok paling sederhana dan murah senyum yang saya kenal. Simak wawancara saya dengannya… D: Beg, apa kabar nih? Lebaran dimana kemaren? G: Alhamdulilah sehat. Lebaran di Bandung silaturahmi ke makam almarhum Bapak dan Ibu di hari pertama lebaran dan dua hari kemaren mudik ke Garut nganter istri dan mertua. D: Padet yaaa...hahaha....Beg, pernah denger ga ada julukan "Gebeg adalah drummer sejuta band"? Jadi sebenernya sekarang lagi aktif di band apa aja sih? G: Iya denger terus sampai sekarang panggilan itu tetap berkibar hahaa…. Sekarang yg aktif sama Taring, Power Punk, dan The Ubz…kadang additional Homogenic, RNRM dan ngamen-ngamen lainnya kaya SOTR Project sama Abah Andris drum dan EOne Chronik. D: Edan! Pantas masih berkibar gelarnya. Gimana cara bagi-bagi waktu latihan, manggung, atau rekaman dari tiap bandnya? G: Itu mah ngebagi waktu nya di atur aja. Yg paling konsen sih waktu sama Taring, Proioritas band itu, Yang lain ngikut jadwal aja D: …atau tinggal liat aja yah...mana yang feenya lebih masuk akal? Hahahaha G: Fee mah selow, yang penting maen drum aja hahaha… D: Beg, boleh cerita ga...band pertama Gebeg sebagai seorang drummer? G: Dulu band pertama Global Unity sama Ignorance hahaha D: Itu udah recording, atau sekedar manggung saja? G: Rekaman kompilasi single dan manggung saja, Keburu band nya bubar hahaha D: Dari situ sudah memutuskan untuk serius atau menjadikan drummer sebagai profesi atau masih belum kepikiran kesana? G: Drummer sebagai profesi dan kerjaan tapi tetap survive juga,dan tidak berharap dulu dapat ini itu hahaha. Yang penting di jalanin dan survive dalam maen drum dan bermusik. Kalau dapat hasil mah itu mah bonus. D: Jadi sebenernya profesi ini sudah bisa menghidupi seorang Gebeg atau belum? Secara finansial terutama... G: Sudah sih tapi masih harus punya sampingan yaitu ngajar drum sama jualan clothingan. Soalnya band nya juga maen nya bisa di takar hehehe… D: I see. Oiya ada clothing line juga yah Beg? Anti Class itu yah? Itu usaha sendiri atau partnership Beg? G: Dulu berdua sama si Icha ex vokalis Turtles JR. Sekarang mah sendiri dan semua dikerjain sendiri kecuali desain dan produksi. Promo sendiri,jualan dll sendiri hahahaa.. D: Wooww...effortnya lumayan yah. Nah kalau siaran masih jalan ga Beg?
G: Masih di radio OZ udah mau 10 tahun. Sama bikin acara youtube sama Eben (Burgerkill) yaitu Extreme Mosphit TV. D: Kalau gw liat mulai main band, clothing line, siaran, dan konten youtube sepertinya memang tidak terlalu jauh dari musik cadas ya Beg? Apa memang Gebeg ingin menghadirkan persona seorang Gebeg dengan warna itu? G: Hahahaha iya kayanya Tuhan ngasih anugerah dan kelebihan sama rejeki dari musik underground dan komunitas nya hahahaha D: Seberapa besar pengaruh kota Bandung dan skenanya terhadap perjalanan hidup Gebeg sebagai drummer? G: Besar sekali. Soalnya nama besar saya di bentuk oleh diri saya, pertemanan, drum, dan musik. Bukan atas dasar nama besar keluarga dan anak dari seorang musisi atau seniman hahahha… D: Pengalaman atau prestasi terbesar menurut gebeg sebagai drummer? G: Punya teman banyak punya karya dan di sponsorin oleh merk drum dan cymbal dunia hahahah. Satu lagi bisi menghidupi istri dan keluarga hahahha… D: Keren. Beg, gue ga perlu nanya lah ya seberapa besar rasa cintalo sama drumming...pertanyaan gue adalah apa sih yang kadang menyebalkan dari pekerjaan atau profesi seorang drummer yang mungkin orang-orang tidak pernah tahu? G: Yang banyak komplen sama karya-karya orang tapi orang yang komplen nya nggak punya karya cuman ngomong doang hahahah… Yang menyebalkan kadang kalau nggak ada manggung disaat nggak ada duit hahaha… D: Nah itu mah semua profesi juga menyebalkan yah....hahaha...Beg saat ini siapa top 5 drummer lokal menurut Gebeg? G: Richard Mutter, Eno Netral, Putra Burgerkill, Echa Sumantri, Bubun Turtles JR D: Beraaaddd euy. Oke Beg, seandainya elo terlahir kembali dan tidak memiliki bakat main drum, kira-kira elo akan tetap bermain musik kah? Sebagai posisi apa kalau iya, kalau tidak bermain musik, kira-kira akan memilih profesi apa? G: Jualan clothing aja paling sama punya modal mah bikin studio rental terus ada cafe nya. Hehehehe…. D: Ok Beg, terakhir....proyek terdekat ada apa nih? Rekaman atau konser tunggal mungkin? G: Pingin bikin album ketiga Taring dan album kedua Power Punk, sama banyak manggung… D: Semoga lancar semua ya Beg...dengan semua proyek bandnya, clothingnya, siarannya juga.....Semoga semakin bersinar karirnya. Nuhun pisan sudah meluangkan waktunya buat ngobrrol-ngobrol G: Aamin. Siap mas dit, Pokonya kita ma gini we…hahahaha…. Penting jadi orang baik dan selow
0 Comments
Oleh Didit Hidayat Sensasi pesta alternatif di Jakarta belakangan diwarnai dengan tema sing-a-long yang diburu para partygoers. Salah satu nama yang paling bersinar selama hampir lebih dari satu tahun terakhir adalah Videostarr. Yang membuat mereka berbeda dari kolektif atau pembuat acara lainnya adalah mereka (awalnya) menyajikan guilty pleasure pop songs yang mungkin tidak terpikir sebelumnya untuk dimainkan dalam sebuah acara dengan tulang panggung DJ sebagai penampilnya dibantu dengan pemutaran video musik dari lagu yang sedang dimainkan. Banyak yang sudah mendengar atau bahkan datang ke acara yang mereka gelar namun tidak mengetahui siapakah sosok yang bertanggung jawab dibalik nama Videostarr itu sendiri. Simak interview saya berikut ini… D: Banyak orang yang belum kenal Videostarr, sebenernya siapa saja sih orang yang terlibat di belakang VS? VS: Kami teamnya berempat: Inka, Try, Ames dan Andri D: Bisa diceritain awal kalian membentuk VS gimana? VS: Kami berempat dulu kuliah di San Francisco, dan melihat sebuah gerakan counter-culture yang berkembang di sana yang tidak selalu bersifat eksklusif. Lalu kami pun memutuskan untuk mengadaptasi party scene tersebut ke Jakarta. Ditambah akan kejenuhan pribadi kami berempat atas jenis party di Jakarta yang pada saat itu masih belum banyak variasi, kami menanggapi dengan memulai party baru yang sifatnya lebih bodo amat, exciting, tidak pretentious dan tentunya unexpected. D: Sebagai party organizer (seperti yang tercantum di kartu nama kalian...hehehehe) pembagian tugas dan tanggung jawab diantara kalian seperti apakah? VS: Kami berusaha supaya pembagian tugas merata. Karena kebetulan kami mempunyai latar belakang pekerjaan yang berbeda, kami berusaha supaya apa yang dikerjakan lebih in line dengan latar belakang kami masing-masing. Contohnya: Andri yang mengerjakan visual-visual grafis, Inka mengerjakan teaser video dan video editing, Ames dan Try copywriting dan mengontak venue atau prospective clients. Untuk sisanya yang bisa dikerjakan sama-sama, kita kerjain bareng, seperti mengkurasi lagu dengan para DJ. D: Dengan keberhasilan gigs yang sudah kalian jalankan, membuat party yang mungkin tadinya hanya untuk senang-senang saja rasanya sudah harus menjadi sesuatu yang lebih diseriusin yah...mengingat demandnya bukan main gue lihat belakangan ini. Bagaimana perasaan kalian akan kondisi ini? Lalu ada yang berubakah dari tugas dan tanggung jawab masing-masing? VS: Pastinya senang dengan demand akhir-akhir ini, tapi so far belum ada perubahan tanggung jawab yang signifikan di team kita. D: Kejadian paling lucu dari acara yang pernah VS buat? VS: Lupa saking banyaknya, tapi kami selalu ngakak sekaligus tersentuh ketika staff maupun satpam venue ikutan singalong dengan penghayatan lagu-lagu mellow yang kita putar mendekati penghujung acara kita. D: Trend pesta alternatif yang mengusung tema sing along, pop, karaoke, guilty pleasure sedang besar-besarnya belakangan ini dan pelakunya bukan hanya VS saja saat ini. Menurut kalian tren ini akan bertahan lama ga sih? VS: We’d like to think bisa bertahan lama, karena sebenarnya sing along, pop music, dan guilty pleasure itu sesuatu yang mendasar banget. Kayanya kalo kita look back ke era mana aja, unsur itu ada terus di pop culture kita. Jadi mungkin asal terus evolving, “trend” ini bisa bertahan cukup lama. D: Jika seandainya trennya selesai, kemungkinan apa yang VS lakukan sebagai party organizer? VS: To begin with, kita tidak memulai Videostarr karena kita merasa party seperti kita sedang atau bakalan tren. Kita akan melihatnya sebagai tantangan untuk tetap menjadi pioneer acara baru (dengan kekhasan Videostarr tentunya) kalau2 acara sing along sudah sepi ditinggalkan pengunjung :p D: Ada rencana atau undangan untuk membuat gigs di luar Jakarta kah (selain Bandung tentunya karena sudah pernah kan yah)? VS: Iya Bandung kita sudah pernah dua kali. Kedepannya, kita tertarik untuk buat gig di Bali & Jogja. Ngga menutup kemungkinan kota-kota lainnya juga. D: Pernah gak sih ngerasa jenuh? atau setidaknya berhadapan dengan kondisi "sedang tidak ingin party malam ini tapi harus bekerja"? Kalau pernah apa yang biasanya kalian lakukan?
VS: Tentu pernah, saat lagi event dan kondisi juga lagi jenuh banget mau gak mau harus nikmatin aja, dan untungnya ada alkohol.. hahaha D: Menurut kalian masing-masing diantara tim kalian siapa yang Best Singer, Best Dancer, Best Drinker? Kalau bisa jawaban ini dijawab berempat. VS: Best Singer: Try, Best Dancer: Try, Best Drinker: Try, Did we say best singer is Try? D: Akan ada kejutan besarkah di tahun 2018 ini dari VS? VS: Kalau kita kasih tau nggak jadi kejutan dong..hehe. Nantikan aja ya! Oleh Didit Hidayat Dibalik sosok laki-laki yang sudah tidak ‘ABG’ dan bertubuh mungil ini ternyata tersimpan jutaan energi untuk menjalankan proyek-proyeknya yang selalu menantang dan menarik untuk dinantikan. Simak obrolan saya dengan Eka Annash berikut ini... D: Ka, apa kabar? puasa ga nih? E: Alhamdulillah baek.. Puasa Insya Allah. D: Mantap. Ka kayanya sekarang lagi lumayan sibuk yah proyek musiknya. Boleh diceritain, proyek yang lagi berjalan saat ini apa aja? E: Ada The Brandals lagi dalam proses rekaman album ke-5. Ada Zigi Zaga band proyekan punk/indie rock yang uda mau rilis album debut. Sama lagi pelan-pelan ngumpulin materi untuk album solo. Sama lagi nulis memoir/otobiografi, rencana nya mau di publish jadi buku. D: Wow. Banyaaak yaaah....menarik nih. Gw sedikit bahas masing-masing...untuk album solo gw baru denger sih. Seorang Eka sebagai solois ini warna musik lo akan seperti apa Ka? E: Hehe mungkin bakalan banyak yang kaget tapi musiknya banyak terpengaruh vintage soul/rnb dari motown/stax record tahun 60an. Ada elemen funk, acid jazz, gospel, hip-hop, dll. D: Ngeri juga....Ka, kalo Zigi Zaga sendiri gw liat peran lo agak berbeda dari The Brandals yah..elo main instrumen? E: Iya di ZZ main bass. Gw gak bisa main alat musik. Gitar juga cuma 3 jurus, jadi belajar main bass nempatin di posisi dmana gw harus belajar dari nol. Proses nya nempatin gw di posisi challenging sekaligus refreshing. There’s a whole set of art yang bisa gw pelajarin sebagai pemain bass. Juga jadi ngebawa gw keluar dari rutinitas sebagai vokalis & penulis lirik di TB. D: Jadi peran lo di ZZ ini udah ga sebagai frontman yah Ka? How to handle this Ka? Maksud gue dari dulu kan elo di band setau gw selalu jadi frontman, bahkan dari sebelum TB....secara ego gimana tuh? karena porsi nya pasti sedikit berbeda terutama di atas panggung....
E: Hahaha... gw udah beberapa tahun belakangan berusaha menekan ego di segala lini kehidupan. Ada beberapa momen hidup yang ngajarin gw kalo hidup itu bukan tentang ego atau elo sendiri. But it’s about realising that you are only a tiny part of a greater scheme that is created by you-know-who. You’re only a mere tinty particle. You just do your part. Jadi either di TB atau ZZ gw berusaha lebih effort utk jadi team player. Terutama di TB, karena anak-anak banyak protes kalo gw terlalu dominan hehe. Jadi berusaha lebih demokratis & fair aja. Semua keputusan diambil based on majority opinion. So ego is not a problem. D: Nah ini nih yang sebenernya mau gw tanyain juga....gw inget sih vokalis The Brandals dulu terkenal cukup sompral di atas panggung awal karir TB. Udah ga begitu ya Ka? E: Ya udah pasti berubah sih. Kalo lo udah umur kepala 4 tapi kelakuan pngen kayak anak umur 20an gak enak juga diliat nya ya. Gw masih punya persepsi kritis dan tajam buat lingkungan sosial/sekeliling. Masih punya opini yang harus disampaikan, terutama tentang otoritas & pemerintah. Tapi ngga se-frontal/se-agresif dulu. Lebih terkontrol dan lebih pintar aja siasat & penyampaian nya. D: Akur! Ka, untuk materi dan konsep The Brandals sendiri sekarang akan seperti apa siih? Kembali ke TB dahulu pre-BRNDLS atau akan seperti BRNDLS...karena era itu (album ke-4) bisa dibilang warna musik band ini kan berubah yah. Kali ini mau seperti apa nih? E: Album baru ini rencana nya mau jadi kulminasi TB dari era awal dan terakhir kemarin di album DGNR8. Bakalan ada materi back to our roots. Ada sentuhan modern dan elemen baru pastinya. D: Porsinya sendiri akan gimana? 50-50 kah? Atau ada yg lebih dominan? Maksudnya antara back to your roots sama yang modern. E: Belum ketauan nih haha.. tapi nanti klo jadi ada 10-12 lagu semuanya beda karakter. D: I see..nah utk buku otobiografi ini maksudnya untuk The Brandals atau elo Ka? E: Untuk gw sendiri. D: Bukan maaiiiinnnnn...... E: Tapi pasti ada cerita karir musik jg yg mencakup dari jaman Waiting Room sampai sekarang pastinya. D: Menarik...dan tidak mudah sepertinya ya...terutama jika berhubungan dengan arsip-arsip lama. E: Ini bakalan makan waktu yang lama banget, secara nulis nya di sela2 kerja/kesibukan. Udah ada satu publisher yang nungguin, gw uda bilang bakalan makan waktu sampe 1/2 tahun bahkan 3 tahun prosesnya. Tapi mereka mau nungguin sih katanya. D: Semoga lancar yah Ka semua proses pengerjaan proyek-proyek lo. Gw masih ga kebayang sih di saat nanti The Brandals, Zigi Zaga dan solo lo rilis....gimana ngatur jadwal dan lain sebagainya. One thing for sure, u need a personal manager Ka. Hahahahaha..... E: Enya euy sigana.. tapi leuwih butuh calon pamajikan ayeuna mah.. hwahahaa (kayanya begitu, tapi lebih butuh calon istri kalo sekarang ini). D: Terakhir Ka.....ketiga proyek musik lo akan ada rilisan fisik? Dalam bentuk apa kalau ada...dan label tiap proyeknya berbedakah? E: Niat nya sih bisa dirilis fisik. CD atau kaset biar ada bukti/memorabilia. Ada label atau ngga, gak masalah. Album ZZ yg akan dirilis dlm waktu dekat ini kyknya bakalan dengan label sendiri. D: Sweet. Sukses terus ya Ka (dengan pencarian jodohnya). Hahahaha.....thanks for ur time. E: Siap Dit.. thank you! Oleh Didit Hidayat Teman ngobrol saya kali ini adalah salah satu nama yang selalu ada dibenak kita semua jika harus menjawab pertanyaan “Siapa nama rapper di Indonesia yang kalian tahu?” Sebagai salah satu sosok yang cukup lama aktif di skena hip hop tanah air ini tentunya tidak mudah untuk tetap bisa bertahan dan disibukkan dengan kegiatan panggung di sana sini. Berikut cuplikan obrolan saya dengan Iwa K... D: Kang Iwa sekarang sibuk dengan kegiatan manggung kan nih. Kesibukan studionya gimana nih kang? Lagi ada proyek apa? I: Seperti tahun-tahun sebelumnya, kalo masuk Ramadhan biasanya kegiatan ngamen memang gak sesering bulan-bulan lainnya... dan seperti biasanya pula, gua lebih banyak nyemplung di proses kreatif... dan proses kreatif ini buat gua lebih banyak di menulis... menulis apa aja.. entah akan jadi syair, atau apapun... D: Kang Iwa kan termasuk salah satu yang lama dalam skena hip hop lokal tanah air. Gw cukup penasaran sih, dulu tuh kang Iwa ngalamin ikut kompetisi-kompetisi juga ga sih? Kalau iya dulu bawain lagu siapa? Prosesnya gimana (ya jaman itukan tau sendiri cari minus one sulitnya bukan main, lirik juga tidak semua album menyediakan lyric sheet)? I: Nah, pada tahun 80an, kompetisi rap belumlah seserius kompetisi rap di tahun 90an.. gak terlalu banyak kompetisi rap yang ada di taun 80an.. gua pernah ikut dua kali kompetisi jenis ini; seinget gua dulu diadain di Ebony dan MyPlace.. dua-duanya itu tempat disko, alias discotheque, kalo anak sekarang mah nyebutnya club.. dan lagu cover yang gua bawain pada waktu itu, lagunya Sugarhill Gang, Rappers Delight, yang merupakan 'peranakan' dari lagunya Chic, Good Time; sisanya? Ya lagu mari mengarang, alias bikin lirik sendiri dimana pada waktu itu gua masih lebih pede bikin lirik dalam bahasa inggris.. Dan tololnya, gua menang pula di dua kompetisi itu, ngiahahahhaaa... dan sebenernya, pada waktu itu gua lebih suka bikin 'band' buat performing rap gua dan band yang gua bentuk sewaktu SMA (1987), selain perform bareng DJ (temen SMA) di mobile discotheque yang gua bentuk juga pada waktu itu, dibanding nyari-nyari kompetisi.. Lalu mengenai kesulitan mendapatkan lirik emang gak usah ditanya lagi.. seringkali head cassette player dari boombox gua yang jadi korban, saat gua lagi cari lirik lagu-lagunya RUN DMC, Africa Bambaata, Ice T, dan lain-lain, karena seringnya gua pencet play, rewind, atau fast forward cue, demi mendapatkan lirik-lirik tersebut. Itu jugalah yang akhirnya membuat gua merasa nyaman bikin lirik sendiri daripada harus ngerusak boombox gua hahhahaaa. D: Proses pembuatan album ‘Kuingin Kembali’ dulu gimana kang? Masih rekaman pake pita tuh yah artinya? Ada cerita menarik apa dibalik proses itu? I: Sebenernya kelima album gua itu direkam masih dengan pita.. Nah cerita dibaliknya itu sebenernya adalah temen-temen dari Guest Music Production-lah yang ngojok-ngokokin gua untuk bikin album rap yang full pake bahasa, itu karena gua udah kerjasama ama Guest ini sedari taun 1989, selagi mereka masih Band belom Music Production. Di situ gua ngerap di salah satu lagunya Guest Band, yang judulnya It's Gonna Get Better. Lalu kerjasamanya berkelanjutan di Projectnya Guest untuk albumnya Mellyana Manuhutu yang dipasarin di Jepang, dimana gua juga jadi 'session rapper' di lagu-lagunya, dan juga ngerap di beberapa lagunya penyanyi Jepang, Sandy Suzuki.. Dan rap-rap yang gua lakukan di situ belom berbahasa Indonesia (sunda,jawa,mix inggris) Nah, setelah itulah, gua 'ditantang' ama temen-temen di Guest utk bikin lagu atau kalo perlu album Rap yang full berbahasa Indonesia.. Dan jujur, gak langsung gua iyain.. gua minta waktu untuk workshop alias utakatik utk gimana caranya ngerap dalam bahasa Indonesia, tapi gak garing di kuping. Sebenernya, lagu pertama yang kita bikin di album Ku Ingin Kembali itu, Manusia Malam.. Kalo lagu kedua dan seterusnya gua lupa urutannya. Dan lagu Ku Ingin Kembali ini pun mendapatkan rejection dari MTV Asia, dengan alesan mirip ama lagu Have U Seen Her-nya Mc Hammer.. Lah? gua sempet protes waktu itu, dan mempersilahkan pihak MTV untuk nyimak I Need Love-nya LL Cool J yang menurut gua juga sama ama Have U Seen Her, tapi kok ya diputar juga di MTV.. Karena menurut logika gua pada waktu itu, Rap kalo tempo lambat, ya delivery yang lagi trend pada waktu adalah seperti itu dan kalo mau denger lebih detail, toh sangat berbeda antara Ku Ingin Kembali dan Have U Seen Her. Apalagi sewaktu proses pembuatan, gak ada banget niat utk ngikutin Mc Hammer. Karena gua pada waktu itu malah lebih sering nyimak LL Cool J, hahahhaaa.. Tapi yasudlah ya, toh akhirnya di album2 berikutnya, MTV udah mulai open ama karya2 gua dan Guest. D: Kang, generasi kitakan termasuk beruntung yah kata orang, karena kita mengalami era keemasan hip hop, kejayaan analog (kaset dan piringan hitam) beralih ke CD, sekarang opsi terbanyak lebih ke streaming atau download digital (walau beberapa berusaha kembali ke analog atas nama nostalgia) dan untungnya saat ini kita belum tua-tua amat lah yah untuk bisa menikmati yang ada saat ini. Lo pribadi kang gimana caranya beradaptasi ke setiap perubahan itu (mungkin termasuk proses rekaman juga yang tentu sekarang fasilitas tidak sesulit dahulu)? I: Teknologi emang seperti pedang yang punya dua sisi.. Dan gua mah, lebih suka memanfaatkan teknologi semampu selera atau taste gua.. jadi ya gak membabibuta ngikutin sebagaimana gua juga gak antipati perkembangan teknologi.. imbang ajah, sesuai kemampuan. CD, Cassette, Vinyl, pun tetap mempunyai 'kelas'nya.. gak sekedar fungsional lagi, tapi udah lebih ke gaya hidup (collector item) dimana peminatnya dari tahun ke tahun malah meningkat. Mengenai proses rekaman, mungkin dulu kalo gua masuk studio rekaman itu adalah ruangan yang dipenuhi mixer dgn puluhan track, rak-rak yang penuh dengan puluhan outboard, hahahahaa. Sekarang, bisa take vocal di ruang yang gak keliatan satu rak outboard pun, semuanya udah ada di dalem PC hahahahaa... Sekali lagi, gua tetep menjalani ini semua dengan imbang.. tetep perlu ada 'selera lama' yang gua rasa perlu menjadi nyawa dalam karya-karya baru gua sekarang... tetep imbang. D: Kalau dari karya, pemilihan musik, penulisan lirik, delivery/flow apakah elo juga berusaha beradaptasi dengan kondisi yang ada saat ini? Bagaimana seorang Iwa K menghadapinya? I: Seperti jawaban gua sebelumnya, musically, perpaduan 'selera lama' dan 'suara baru' itu tetep diracik.. karena gua juga gak mau keilangan attitude gua cuma gara-gara pengen adjust ama jaman. Mengenai tema, gua rasa setiap pelaku hip hop, sebaiknya menjadikan tema dan gaya delivery sebagai signature-nya. Kalo pun ada perubahan, hanya di detail. Filosofi gua mngkn kira-kira spt ini : "Budaya boleh berubah. tapi value itu abadi." Karena nilai adalah sesuatu yang pantas untuk diperjuangkan. D: Bener kang. Oiya kang, gue melihat ada gap yang cukup panjang nih dari Vini Vidi Vunky ke Living In The Fastlane? Sebenarnya apa yang terjadi di gap itu kang? I: Hahahaaa.. iya bener.. Selain Rap, gua juga suka sports... dan itu yang membawa gua jadi keenakan di situ hahahaaa.. Eh tapi kalo mau jujur yang seriusnya, pada saat itu RBT lagi trend banget dan mungkin gua adalah salah satu orang yang gak nyaman dengan trend ini. Gimana gak nyaman? Wong capek-capek ngulik intro, pontang panting nulis verse, tapi yang dijual cuma chorusnya aja. Jujur pada waktu itu gua jadi males berkarya. Paling cuma satu album “YinYang” doang yang diproduksi sama Aquarius. D: Apakah kehadiran sang buah hati mengharuskan elo lebih berhati-hati dalam menulis lagu, well at least dalam pemilihan kata yang tepat? Atau menurut lo tidak harus begitu juga? I: Nggak juga.. Karena dari dulu pun gua menulis lirik ya spt ini.. Kalo di negara asalnya lebih frankly speaking, tapi dari awal gua nulis rap bahasa yang emang dengan gaya deliver metafor.. Dan yang gua memilih menusuk 'jeroan', bukan sekedar mencakar kulit.. Satu contoh yang gampang misalnya lagu Cuma Ulat; buat anak2 itu lagu gak lebih dari cerita seekor ulat; tapi buat beberapa temen diskusi yang berhasil menembus 'lapis-lapis' itu, mereka paham kalo di lagu itu gua bercerita tentang satu kelompok masyarakat yang termarginalkan.. Hahahahaa.. dan 99% lagu gua tuh emang 'lapis-lapis' seperti itu.. Jadi amanlah buat anak-anak hahahahaa.. Kenapa gua menulis lirik beda dengan budaya asal hip hop? Ya karena ini attitude gua.. Dan gua gak mau berkarya dengan memakai attitude orang lain.. Sekali lagi, budaya boleh berubah, tapi value adalah abadi. D: Pertanyaan terakhir kang. Album Iwa K mana yang paling favorit untuk seorang Iwa K sendiri? Dan mengapa? Mine is KramOtak! Thank you!!!! I: Duh.. Hatur Nuhun kalo seneng ama KramOtak. Tapi jawaban gua buat pertanyaan seperti ini akan sangat klise, walau memang itulah nyatanya. Gua menyayangi album2 gua seperti gua menyayangi anak2 gua. Mungkin ini lebay, tapi faktanya di setiap lagu yang dikompose, selalu ada cerita dan emosi di baliknya. Bahkan lagu Ku Ingin Kembali pun gua tulis saat gua lagi mabok, eh tau-tau gua pengen banget sholat. Nah, bingung kan? Hahahahahaha.... D: Hahahaha..... |
AuthorDangergroove. |